Minggu, 06 September 2009

SEBUAH ASA PERJUANGAN PEMUDA

”Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalannya, semangat dalam mereali-sasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada PEMUDA. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”

(Hasan Al-Banna)

Kutipan diatas merupakan gambaran bagi kita yang mengaku dirinya pemuda, apalagi kita yang tercatat sebagai insane akademis. Sesosok remaja yang masuk dalam dunia kampus dan menjejali diri dengan ilmu pengetahuan. Ciri ciri insane akademis melekat padanya seperti rasioanal, obyektif, sistematis, dan universal.

Mengarahkan tindakanya pada sesuatu yang bisa di terima akalnya dengan mengesampingkan sisi emosional. Menjalani kehidupannya dengan bebas yang bertanggung jawab. Akan terasa emosional ketika kita harus mempertahankan argument kita dengan nada yang tinggi di sertai dengan tindakan anarkis. Anarkisme itu bisa saja mengakibatkan reputsi kita yang buruk. Belum lagi bila kita harus meraju’ atau ngambek ketika pendapat kita tak bisa diterima, atau di tolak mentah mentah dan langsung saja walk out dari ruangan. Itukah mahasiswa?

Selalu memandang suatu permasalahan dengan sudut pandang yang beragam, sudut pandang orang lain yang bisa jadi lebih benar dari pada cara pandang kita. Dengan cara seperti itu bisa memerkaya khazanah pengetahuan kita karena kita harus mengakui bahwa kita dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda dan punya sejarah masing masing yang berbeda pula. Itu kita harus akui sehingga kita bisa lebih bijaksana ketika ada orang yang berbeda pendapat dengan kita.

Selanjutnya sejalan dan seiring kita belajar untuk mengurutkan alur logika dan tindakan kita. Mendasarkan pada pandangan terkecil sampai yang besar, memperbaiki yang kecil kecil sebelum kita harus menyelesaikan yang besar. Mempertajam manajerial kita dalam menapaki hidup dengan selalu menata aktifitas yang mengacu pada skala prioritas. Akhirnya apa yang kita lakukan dapat berjalan dengan damai tanpa terburu oleh tuntutan yang mengiringi dibelakangnya.

Mencari sesuatu yang berlaku pada semua manusia, yang sering disebut sebagai niali nilai universal. Ini sejalan dengan dengan konsep Rahmatan Lil’alamin Islam. Islam menjadi agama yang bisa diterima semua umat manusia dimanapun berada, tiada batas geogtafis, demografis dan sekat sekat yang lain. Semangat itulah yang menjadi ikatan persaudaraan umat ini, oersaudaraan yang diikat oleh nilai Tauhid.

Selanjutnya seperti digambarkan pada penggalan di atas bahwa pada seorang pemuda ada semangat dan kekuatan yang menjadi karakteristiknya. Kekuatan itu terletak pada keyakinannya (iman) untuk merealisasikan suatu nilai dalam agamanya. Begitu kuatnya keyakinan itu terakumulasi dari keimannnya kepada Allah. Kekuatan yang terdapat pada seorang pemuda juga terlihat dari keikhlasan dijalan-Nya, itulah sebuah refleksi atas nilai taukhid yang dipegangnya. Keiklasannya itu menghasilkan semangat (ikhlas) yang luar biasa sebagai karakteristik pemuda selanjutnya. Keikhlasan dalam memperjuangkan agama Allah dan hanya mengharap ridho-Nya. Kemudahan dan kesulitan yang menghadang perjuangannya tak bisa menyurutkan semangatnya.

Sebagai karakteristik yang terakhir pada pemuda adalah kesediaanya untuk merealisasikan apa yang dipirkannya dalam bentuk nyata yaitu amal sholeh. Amal sholeh ini adalah yang menjadi penolongnya di kehidupan akhir nanti. Tiada apaun yang akan menolong kita kecuali amal kita sendiri.

Ungkapan yang hampir serupa juga keluar dari lisan seorang proklamator kita. Sukarno pernah menyatakan seperti ini: “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan dunia”. Ungkapan itu adalah sebuah ungkapan yang mendalam karena begitu besarnya harapan semua orang kepada seorang pemuda sebagai sosok yang punya iman yang mantap, keikhlasan pengabdian, semangat yang membara dan amalan yang istiqomah.

Dengan karakteristik seperti diatas kita dapat mengatakan bahwa harapan itu masih ada untuk memperbaiki umat dan bangsa ini. Bukankah Allah sendiri yang mengingatkan kita untuk tidak berputus asa daari rahamat-Nya. “ ………….dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah…………...” (QS.Yusuf)

Selama harapan itu masih masih ada dan jalan terbuka lebar untuk perbaikan maka kewajiban kita pemuda ( mahasiswa ) untuk menolong Agama Allah ini. Semangat jihad tak boleh kendur dari jiwa pemuda apalagi harus tergadaikan oleh kepentingan dan kebutuhan duniawi. Allah sendiri yang akan menolong hamba-Nya ketika orang itu mau memperjuangkan agama-Nya. “Hai orang orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu ” (QS. Muhammad : 7) itulah janji Allah kepada orang orang yang mengaku dirinya beriman.

Akhirnya sebagai kesimpulan semua pemuda wajib untuk memperkuat keimanannya, memperluas pengetahuannya dan memperbanyak amalannya. (Iman, Ilmu & Amal) {oz}

Wassalam.

Tidak ada komentar: