Kamis, 03 September 2009

PEJUANG ATAU PECUNDANG

Dalam suatu obrolan lepas bersama teman teman tercetus sebuah gurauan yang sangat menggelikan atau bahkan terlalu ektrim. Pernyataan dari obrolan itu berkisar pada statemen yang tertulis pada judul diatas. Ya….. pejuang atau pecundang.

Kata-kata itu muncul ketika melihat dan mengalami sendiri masing masing individu dalam proses berorganisasi dan berproses mencari sebuah kebenaran makna hidup dan makna bersosialisasi dengan sesamanya. Proses itu berlangsung lama selama penulis dan teman teman menyandang status mahasiswa dan mengaku sebagi aktivis organisasi. Suatu perjalanan yang menguras tenaga dan waktu bahkan fikiran yang sempat menguruskan badan dan membuat penat fikiran. Itu semua menjadi catatan sejarah sendiri dan menjadi cerita nostalgia dikala tua nanti.

Status mahasiswa yang disandang menjadi andalan yang ampuh ketika harus berbicara bebas dan lepas tanpa embel embel kepentingan, kepentingan diri apalagi kepentingan kekuasaan. Namun tetap pada jalur rasional dan sistematis cebagai ciri mahasiswa. Status itu membuat kami bangga karena kami bisa dengan bebas menyuarakan apa yang kami anggap kebenaran setelah menjalani kajian mendalam. Mahasiswa yang lebih mengedepankan keterbukaan terhadap segala perubahan dan segala kemungkinan yang buruk maupun positif. Segala gerak geriknya selalu berakar pada kajian mendalam dan berorientasikan pada perubahan yang lebih baik. Kalupun ada kesalahan kajian ataua lebih tepatnya belum sampai pada kebenaran kami hanya bisa berkata bahwa itu merupakan proses yang belum berakhir.

Kembali ke judul yang penulis angkat, kita harus menelusuri asbabun nuzulnya karena judul diatas bersal dari sebuah pembacaan atas realita dari penulis.

Kata kata pejuang memang sering di gembor gemborkan pada kalangan mahasiswa yang mengaku sebagai aktivis. Entah itu aktivis pergerakan atau aktivis intelektual. Kiri atau kanan yang menjadi sentral isunya. Kata itu telah melekat kepadanya. Bentuknya bisa bermacam macam, bisa berbentu demontrasi ataupu kegiatan kegitan intelektual semacam diskusi diskusi ataupun sekedar obrolan ringan.

Karena penulis adalah mahasiswa islam maka penulis membahasakannya dari sudut pandang keyakinan seorang mahasiswa islam. Dan dipersempit lagi dalam aktivitas berorganisasi, suatu usaha menempa diri atau membekali untuk menjadi seorang ulil albab. Seseorang yang menempati kelas menengah dalam sebayanya dan yang akan bertanggung jawab atas kelangsungn peradaban dunia. Seseorang yang selalu menggunakan akalnya untuk berfikir positif demi kemajuan umatnya.

Nah…. Bila itu yang kan menjadi tujuannya, bukankah kita harus berlahan menginstal sifat sifat panutan kita ‘Rosullulah SAW’ dan sedapat mungkin mengaplikasikan sifat sifat ketuhanan dalam keseharian kita. Bukannya lari atau orientasi pribadi atau juga ada, tapi semaunya sendiri dalam beraktualisasi, tidak memperhatikan mana kawan dan mana lawan. Jalan terus…. itu juga kurang bagus. Atau juga memanfaatkan organisasi untuk tujuan yang dangkal dan perebutan posisi bukan dengan cara yang elegan tapi dengan propaganda dan bentuk bentuk yang tidak demokratis lainnya. Belum lagi bila hanya menggembor gemborkan perubahan tetapi dirinya sendiri susah untuk berubah. Susah untuk konsisten dengan kata kata yang telah diucapkannya dan selalu hadir ketika semuanya sudah selesai. Hanya mau menikmati proses yang mengenakan dan membiarkan kawannya dalam kesusahan. itulah yang disebut sebagai pecundang.

Seorang pejuang akan selalu meluruskan niatnya dan selalu menyempurnkan ikhtiarnya. Meluruskan niat hanya karena Allah bukan yang lain. Karena niat itulah dia tak terpengaruh akan hasil yang didapat ataupun cacian yang sempat hinggap, baginya proses adalah perjuanngan dan hasilnya kita hanya bisa bertawakal kepada-Nya. Dari niat yang tulus itu, dalam penyempurnaan ikhtiarpun tak lari dari seperangkat ketentuan2 yang berlaku dan menjunjung tinggi prinsip prinsip ideal. Baginya kesulitan adalah sunatullah dalam perjuangan dan kemudahan adalah suatu ujian akan keimanan dan kesabaran kita, bukan kepentingan pribadi yang dia utamakan dan prioritaskan, bukan juga kepentingan golongan tertentu atau kroninya tetapi kepentingan umat, kepentingan semua manusia. Semua bermuara pada terciptanya keadilan dan kesejahteraan umat menuju peradaban yang tercerahkan dan di ridhoi Allah swt. ( OZ )

Wasalam.

Tidak ada komentar: